Rabu, 24 Desember 2014

SENDAWA

Mengapa Bersendawa?
Dalam medis, bersendawa adalah aerophagia. Sendawa terjadi saat udara atau gas yang masuk ke tubuh dipaksa keluar dari perut lalu naik ke kerongkongan agar bisa dikeluarkan melalui mulut. Perut kembung adalah salah satu kondisi yang bisa memicu terjadinya sendawa.
Sendawa dapat terjadi karena adanya pelepasan gas-gas yang berasal dari saluran pencernaan, terutama kerongkongan dan perut, melalui mulut. Selain  itu, sendawa juga dapat disebabkan karena adanya luapan lembab dari lambung karena lambung tidak dapat mencerna makanan yang masuk. Penyebabnya adalah jenis makanan yang berlemak dan pedas dan susah untuk dicerna. Sendawa menunjukkan gas perut terdorong ke mulut.  Gas-gas dalam saluran pencernaan ini paling sering disebabkan karena kita turut menelan udara (aerophagia) ketika sedang makan atau minum, terutama ketika menelan makanan atau minuman dengan terlalu cepat. Timbulnya suara ketika bersendawa tersebut disebabkan oleh getaran udara atau gas pada katup kerongkongan saat keluarnya gas. Hal ini merupakan hal yang sangat umum bisa terjadi karena merupakan usaha untuk melepaskan udara yang terperangkap di lambung yang menimbulkan ketidaknyamanan pada saluran cerna.
Saat bersendawa membutuhkan koordinasi dari beberapa aktifitas, yaitu turunnya otot diafragma, sehingga meningkatkan tekanan abdominal dan menurunkan tekanan di dada. Perubahan tekanan ini membuat udara mengalir dari abdomen di perut ke kerongkongan di dada.Terbukanya katup esofagus bagian bawah, sehingga udara dapat lewat dari perut menuju ke kerongkongan.
Sendawa dapat disebabkan karena beberapa faktor antara lain makanan dan minuman, sendawa dapat terjadi karena kita turut menelan udara ketika sedang makanan atau minum, terutama ketika menelan makanan atau minuman dengan terlalu cepat. Namun bagi sebagian orang bersendawa sudah menjadi kebiasaan.




Daftar pustaka :
Schwartz, Seymour I. 2007. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Ed.6. Jakarta: EGC. 
Sukanta, P.O. 2009. Akupesur dan Minuman untuk Mengatasi Gangguan Pencernaan. Jakarta: Gramedia.

Prinsip Koreksi Miopia, Presbiopia dan Hipermetropia

Prinsip Koreksi Miopi, Hipermetropi, Presbiopi



 Miopi atau rabun jauh adalah berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopi terjadi jika kornea dan lensa berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina. Miopi ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam dioptri. Klasifikasi miopi antara lain ringan (3D), sedang (3-6D), berat (6-9D), dan sangat berat (29D).





Koreksi bagi mata miopi adalah dengan memakai lensa negatif dengan ukuran ringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata.Pemakaian kaca mata dapat menyebabkan pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu pada setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda sekitar 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea mata.
Hipermetropi merupakan keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata atau disebut hipermetropi aksial, seperti yang terjadi pada kelainan bawaan teertentu, atau penurunan indeks bias refraktif atau disebut hipermetropia refraktif, seperti afakia atau tidak mempunyai lensa.



Penderita hipermetropia sulit untuk melihat dekat dan jauh. Penderita hipermetropi  pada usia muda masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan mudah, namun tidak demikian bila usia sudah mencapai 60 tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk berakomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga bayangan akan lebih terletak di belakang retina. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan bertambah sedikit yaitu 0-2,00 D.
Penderita hipermetropi akan merasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau melihat ganda. Mata dengan keluhan hipermetropi akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropi adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan ketajaman seperti dalam penglihatan normal. Penderita hipermetropi sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
Yang terakhir adalah Presbiopia. Merupakan perkembangan normal yang berhubungan dengan usia yaitu berkurangnya daya akomodasi mata untuk melihat dekat secara perlahan-lahan. Presbiopia terjadi karena penuaan lensa dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Pada penderita presbiopia mata sukar berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.
Koreksi presbiopi adalah dengan menggunakan kaca mata bifokus sehingga dapat melihat jauh dan dekat. Penderita presbiopi membutuhkan kaca mata tambahan untuk membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu +1D unutk 40 tahun, +1,5D untuk 45 tahun, +2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60 tahun. Jarak baca biasnya 33 cm sehingga tambahan +3D adalah tambahan lensa positif terkuat yang bisa diberikan.



Daftar Pustaka 

Crowin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC 
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Surya, Y. 2009. Optika. Jakarta: Kandel.

MENGUAP

Menguap

Apa itu menguap?
Menguap merupakan salah satu reflek pernapasan. Kebanyakan, seseorang akan menguap ketika lelah atau mengantuk, akan tetapi stimulus dan tujuan menguap itu sendiri tidak diketahui dengan pasti. 
Ketika seseorang menguap, udara dari lingkungan akan masuk melalui saluran pernapasan. Temperatur udara dari lingkungan yang lebih dingin akan diteruskan oleh aliran darah menuju otak yang kepanasan  karena terlalu lama bekerja, sehingga terjadi pertukaran panas.
Berdasarkan teori ini, seharusnya seseorang akan lebih sering menguap di musim panas atau ketika ketika  cuaca sedang panas. Logikanya ketika cuaca di lingkungan sedang panas-panasnya, temperatur otak juga akan lebih cepat mengalami peningkatan. 
 Namun penelitian Prof Andrew Gallup dari Princeton University menunjukkan fakta sebaliknya. Pada  musim dingin ketika temperatur udara di lingkungan sedang dingin, orang justru lebih sering menguap  dibandingkan saat musim panas ketika orang mengira otaknya akan cepat kepanasan. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 80 orang pejalan kaki di Arizona tersebut, lebih dari 50 persen partisipan menguap di  musim dingin. Sedangkan di musim panas, jumlah partisipan yang menguap justru lebih sedikit yakni hanya 25 persen.
Meskipun penelitian menunjukan bahwa orang lebih sering menguap pada saat musim dingin, namun terdapat kemungkinan bahwa menguap terjadi ketika otak sedang panas sehingga tubuh berusaha mendinginkan otak dengan menguap. Selain itu, kemungkinan lain ketika seseorang menguap yaitu karena terjadi penumpukan karbon dioksida dan kurangnya oksigen dalam tubuh.

Daftar Pustaka

Asih, Yasmin. Effendy, Christantie. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC.

Pramudiarja, AN Uyung. (2011, 21 September). Menguap Tak Cuma Karena Mengantuk Tapi untuk Dinginkan Otak. DetikHealth [Online]. Tersedia di www.detikhealth.com. [22 Desember 2014].

TERSEDAK

Mekanisme Tersedak
Definisi Tersedak

Suatu benda asing yang masuk ke jalan napas dapat menyebabkan sumbatan pada jalan napas tersebut, hal ini dinamakan tersedak. Ada dua jenis tersedak, yaitu tersedak karena sumbatan jalan napas sebagian dan tersedak lengkap atau total. Tersedak biasanya terjadi pada anak usia < 4 tahun. Pada anak yang mengalami tersedak akan mengalami sulit bernapas, kuku, wajah dan bagian dalam mulut akan berwarna kebiruan karena pucat. Jika yang terjadi pada anak yang tersedak adalah tersedak total atau lengkap maka udara yang anak masuk keparu-paru akan terhambat dan akan menyebabkan kerusakan otak karena tidak mendapat suplai oksigen hanya dalam waktu beberapa menit saja.

Mekanisme Tersedak

Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis terletak dibelakang tenggorokan atau jalan napas. Kedua saluran tersebut sama-sama berhubungan langsung dengan mulut dan hidung sehingga agar tidak terjadi kesalahan masuk, terdapat katup yang mengatur menutupan kerongkongan dan tengorokan agar saat menelan tidak tersedak. Tersedak dapat terjadi ketika makanan yang seharusnya masuk ke kerongkongan justru masuk ke tenggorokan. Hal ini dapat terjadi kerena berbagai faktor.
Berikut adalah faktor yang dapat memungkinkan terjadinya tersedak pada seseorang, yaitu:
Proses menelan yang belum sempurna, biasanya terjadi pada anak yang masih kesulitan menelan yaitu anak yang berumur < 4 tahun.
Kegagalan mekanisme penutupan epiglotis. Kegagalan dapat ini terjadi karena kondisi korban saat menelan, yaitu karena korban tersebut menelan sambil tiduran atau sedang dalam kondisi mabuk.
Faktor fisik. Faktor fisik yang biasanya terjadi yaitu adanya kelainan bawaan berupa kelainan struktur respirasi dan kelainan neurologik.

Penanganan

Dalam buku Pertolongan Pertama dan RPJ pada Anak terdapat tiga tahap penanganan pada anak yang tersedak. Yang pertama periksa apakah anak tersebut benar-benar tersedak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanyakan sesuatu pada anak tersebut, misalnya “Apakah kamu tersedak?”, jika benar tersedak maka ia tidak bisa berbicara dan ditandai dengan batuk serta terlihat tangannya memegangi lehernya. Apabila anak tersebut benar-benar tersedak, harus segera dilakukan penekanan perut atau Manuver Heimlich dengan cara :



Tempatkan kepalan tangan pada perut anak, tepat diatas pusar
Pegang kepalan tangan tersebut dengan tangan lain, lalu tekan dengan cepat dan keras kearah dalam dan atas
Lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai benda dikeluarkan atau sampai anak merespon (sadar atau tidak sadar)
Setelah melakukan manuver heimlich tersebut apabila anak merespon dengan tidak sadarkan diri, maka harus segera dibawa ke unit kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan dari pihak medis.


Daftar Pustaka

National Safety Council. 2006. Pertolongan Pertama dan RPJ pada Anak. Jakarta : Arcan.
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta. EGC.

Minggu, 09 November 2014

Reflective Essay Praktik Lapangan di BAF


            Pada hari Jumat, 31 Oktober 2014 tepatnya pukul 14.00 semua mahasiswa keperawatan Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2014 termasuk saya melakukan praktik lapangan pada blok Caracter Building yaitu Out Bond di Baturraden Adventure Forest (BAF). Disana saya satu ttenda bersama Selly, Tina, Anggun, Emil dan Dicha. Disana saya melakukan berbagai permainan yang sangat menyenangkan, diantaranya Triangle, Trustfall, The Ring dan Flying Fox.
            Berbagai permainan yang saya coba dan pengalaman-pengalaman saat berada di BAF membuat perasaan saya sangat senang, gembira dan bahagia. Api unggun sambil membakar jagung, minum “wedang jahe” bersama teman-teman dan dosen ketika suasana sangat dingin dan melakukan permainan outbond yang mendebarkan merupakan pengalaman berharga saya yang takkan pernah saya lupakan. Selain senang, saya juga merasa sangat ketakutan ketika bermain flying fox karena pada dasarnya saya takut dengan ketinggian, namun dari yang saya lihat bukan hanya saya yang merasa ketakutan,tetapi hampir semua teman-teman saya juga merasakan takut seperti yang saya rasakan.
            Dari kegiatan di BAF kemarin banyak sekali pesan dan kesan baik yang saya dapatkan, terutama saat melakukan ice breaking, semua permainan dilakukan memiliki pesan moral yang baik didalamnya. Ada nilai kerja sama, konsentrasi, pantang menyerah, kesabaran, saling percaya, dan masih banyak lagi. Namun disela-sela hal yang baik itu, terdapat hal yang kurang baik pula, yaitu cuaca yang kurang mendukung, suhu yang terlalu dingin, kurangnya persediaan air mineral dan banyaknya kran kamar mandi tidak berfungsi.
            Hal yang kurang baik saat berada di BAF membuat situasi menjadi sedikit tidak kondusif. Banyak mahasiswa yang sempat telat mengikuti kegiatan karena terlalu lama mengantri kamar mandi. Ada juga beberapa mahasiswa yang mengeluh dehidrasi karena kekurangan air mineral. Selain itu, lokasi BAF yang berada kaki gunung menyebabkan suhu disana menjadi sangat dingin ditambah lagi dengan hujan deras yang sempat mengguyur BAF pada jumat sore menjadikan suhu disana semakin dingin sehingga menyebabkan ada mahasiswa yang sakit karena tidak kuat menahan suhu yang begitu dingin.
            Dari kegatan di BAF kemarin saya mendapat banyak pengalaman baru dan pesan-pesan berkesan yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Pesan yang paling berkesan yang saya dapatkan adalah saat barmain flying fox. Saya mendapatkan pesan bahwa jika kita takut dan tidak berani mencoba hal untuk lebih baik, maka selamanya kita akan menetap pada posisi sekarang dan tidak akan maju kearah yang lebih baik.

            Setelah praktik lapangan lalu, rencana saya kedepanya yaitu saya akan  berusaha menerapkan nilai-nilai yang saya dapatkan di BAF dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pantang menyerah, konsentrasi dan kesabaran. Nilai tersebut terutama akan saya terapkan dalam proses perkuliahan agar kelak dapat mencapai tujuan yang memuaskan.

Senin, 03 November 2014

Reflective Essay Pangsar

           Pada hari Jumat lalu, tepatnya tanggal 24 Oktober 2014 saya bersama seluruh mahasiswa FKIK jurusan keperawatan angkatan 2014 berkunjung ke Monumen Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman. Di monumen tersebut saya didampingi oleh seorang pemandu bernama Bapak Hasto. Saya dijelaskan mengenai sejarah kehidupan dan perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam membela tanah air
            Perasaan kagum, haru dan bangga adalah perasaan ketika berada di dalam monumen. Saya merasa sangat kagum dengan keberanian Jenderal Soedirman dalam berbagai peperangan melawan musuh tanpa putus asa. Perasaan haru saya rasakan ketika melihat kenyataan bahwa Jenderal Soedirman berperang dalam sakit TBC yang meyerang paru-parunya hingga saat Beliau memimpin perang gerilya, Beliau harus berada disebuah tandu sederhana yang diangkat oleh anak buahnya. Kemudian bangga yang saya rasakan adalah ketika mengetahui bahwa Jenderal Soedirman memiliki rasa nasionalisme yang sangat tinggi. Beliau membela tanah air dengan sepenuh jiwa hingga pada saat sakit parahpun beliau masih rela ikut berperang demi membela NKRI. Sampainya pada umur ke-34 tepat pada tangga 29 Januari 1950 pukul 18.30 Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman menghembuskan nafas terakhirnya di Magelang.
Banyak hal baik yang didapat dari kunjungan ini. Saya jadi lebih banyak mengetahui informasi penting mengenai kehidupan Jenderal Soedirman, selain itu saya juga menjadi lebih paham betapa beratnya perjuangan Jenderal Soedirman dalam berperang melawan musuh. Namun saat berada di monumen tersebut ada satu kendala yang membuat kunjungan tersebut menjadi kurang baik, yaitu ketidaksemibangan antara pemandu monumen dengan jumlah mahasiswa yang masuk.
            Ketidakkondusifan saat berada di monumen menjadikan banyak mahasiswa yang kurang dapat mengambil pelajaran mengenai perjuangan Jenderal Soedirman. Hal ini karena banyaknya mahasiswa yang masuk kedalam monumen, yaitu sekirar 40 anak, sedangkan pemandu yang bertugas menjelaskan segala hal mengenai sejarah Jenderal Soedirman hanya satu orang. Ini menyebabkan mahasiswa tidak dapat sepenuhnya mendengar penjelasan dari pemandu dan cenderung mengabaikan penjelasaan tersebut.
            Saat kunjungan ke Monumen Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman, banyak sekali ilmu bermanfaat yang dapat saya ambil. Saya belajar dari amanat yang disampaikan oleh Jenderal Soedirman bahwa kita tidak boleh lengah dalam menghadapi situasi apapun, sebab kelengahan menimbulkan kelemahan dan kelemahan menimbulkan kekalahan sedang kekalahan akan menimbulkan penderitaan.

            Setelah kunjungan ke Monumen Penglima Besar TNI jumat lalu saya menjadi akan lenih berusaha meningkatkan jiwa nasionalisme saya terhadap NKRI. Berusaha meneladani sikap patriotisme yang dimiliki oleh Jenderal Soedirman serta berusaha menjaga negara Indonesia sebagai peninggalan dari pejuang-pejuang bangsa termasuk Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman.