Senin, 03 November 2014

Reflective Essay Pangsar

           Pada hari Jumat lalu, tepatnya tanggal 24 Oktober 2014 saya bersama seluruh mahasiswa FKIK jurusan keperawatan angkatan 2014 berkunjung ke Monumen Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman. Di monumen tersebut saya didampingi oleh seorang pemandu bernama Bapak Hasto. Saya dijelaskan mengenai sejarah kehidupan dan perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam membela tanah air
            Perasaan kagum, haru dan bangga adalah perasaan ketika berada di dalam monumen. Saya merasa sangat kagum dengan keberanian Jenderal Soedirman dalam berbagai peperangan melawan musuh tanpa putus asa. Perasaan haru saya rasakan ketika melihat kenyataan bahwa Jenderal Soedirman berperang dalam sakit TBC yang meyerang paru-parunya hingga saat Beliau memimpin perang gerilya, Beliau harus berada disebuah tandu sederhana yang diangkat oleh anak buahnya. Kemudian bangga yang saya rasakan adalah ketika mengetahui bahwa Jenderal Soedirman memiliki rasa nasionalisme yang sangat tinggi. Beliau membela tanah air dengan sepenuh jiwa hingga pada saat sakit parahpun beliau masih rela ikut berperang demi membela NKRI. Sampainya pada umur ke-34 tepat pada tangga 29 Januari 1950 pukul 18.30 Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman menghembuskan nafas terakhirnya di Magelang.
Banyak hal baik yang didapat dari kunjungan ini. Saya jadi lebih banyak mengetahui informasi penting mengenai kehidupan Jenderal Soedirman, selain itu saya juga menjadi lebih paham betapa beratnya perjuangan Jenderal Soedirman dalam berperang melawan musuh. Namun saat berada di monumen tersebut ada satu kendala yang membuat kunjungan tersebut menjadi kurang baik, yaitu ketidaksemibangan antara pemandu monumen dengan jumlah mahasiswa yang masuk.
            Ketidakkondusifan saat berada di monumen menjadikan banyak mahasiswa yang kurang dapat mengambil pelajaran mengenai perjuangan Jenderal Soedirman. Hal ini karena banyaknya mahasiswa yang masuk kedalam monumen, yaitu sekirar 40 anak, sedangkan pemandu yang bertugas menjelaskan segala hal mengenai sejarah Jenderal Soedirman hanya satu orang. Ini menyebabkan mahasiswa tidak dapat sepenuhnya mendengar penjelasan dari pemandu dan cenderung mengabaikan penjelasaan tersebut.
            Saat kunjungan ke Monumen Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman, banyak sekali ilmu bermanfaat yang dapat saya ambil. Saya belajar dari amanat yang disampaikan oleh Jenderal Soedirman bahwa kita tidak boleh lengah dalam menghadapi situasi apapun, sebab kelengahan menimbulkan kelemahan dan kelemahan menimbulkan kekalahan sedang kekalahan akan menimbulkan penderitaan.

            Setelah kunjungan ke Monumen Penglima Besar TNI jumat lalu saya menjadi akan lenih berusaha meningkatkan jiwa nasionalisme saya terhadap NKRI. Berusaha meneladani sikap patriotisme yang dimiliki oleh Jenderal Soedirman serta berusaha menjaga negara Indonesia sebagai peninggalan dari pejuang-pejuang bangsa termasuk Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar