Pada
hari Jumat lalu, tepatnya tanggal 24 Oktober 2014 saya bersama seluruh
mahasiswa FKIK jurusan keperawatan angkatan 2014 berkunjung ke Monumen Panglima
Besar TNI Jenderal Soedirman. Di monumen tersebut saya didampingi oleh seorang pemandu
bernama Bapak Hasto. Saya dijelaskan mengenai sejarah kehidupan dan perjuangan
Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam membela tanah air
Perasaan kagum, haru dan bangga
adalah perasaan ketika berada di dalam monumen. Saya merasa sangat kagum dengan
keberanian Jenderal Soedirman dalam berbagai peperangan melawan musuh tanpa
putus asa. Perasaan haru saya rasakan ketika melihat kenyataan bahwa Jenderal
Soedirman berperang dalam sakit TBC yang meyerang paru-parunya hingga saat
Beliau memimpin perang gerilya, Beliau harus berada disebuah tandu sederhana
yang diangkat oleh anak buahnya. Kemudian bangga yang saya rasakan adalah
ketika mengetahui bahwa Jenderal Soedirman memiliki rasa nasionalisme yang
sangat tinggi. Beliau membela tanah air dengan sepenuh jiwa hingga pada saat
sakit parahpun beliau masih rela ikut berperang demi membela NKRI. Sampainya
pada umur ke-34 tepat pada tangga 29 Januari 1950 pukul 18.30 Panglima Besar
TNI Jenderal Soedirman menghembuskan nafas terakhirnya di Magelang.
Banyak
hal baik yang didapat dari kunjungan ini. Saya jadi lebih banyak mengetahui
informasi penting mengenai kehidupan Jenderal Soedirman, selain itu saya juga
menjadi lebih paham betapa beratnya perjuangan Jenderal Soedirman dalam
berperang melawan musuh. Namun saat berada di monumen tersebut ada satu kendala
yang membuat kunjungan tersebut menjadi kurang baik, yaitu ketidaksemibangan
antara pemandu monumen dengan jumlah mahasiswa yang masuk.
Ketidakkondusifan saat berada di
monumen menjadikan banyak mahasiswa yang kurang dapat mengambil pelajaran
mengenai perjuangan Jenderal Soedirman. Hal ini karena banyaknya mahasiswa yang
masuk kedalam monumen, yaitu sekirar 40 anak, sedangkan pemandu yang bertugas
menjelaskan segala hal mengenai sejarah Jenderal Soedirman hanya satu orang.
Ini menyebabkan mahasiswa tidak dapat sepenuhnya mendengar penjelasan dari
pemandu dan cenderung mengabaikan penjelasaan tersebut.
Saat kunjungan ke Monumen Panglima
Besar TNI Jenderal Soedirman, banyak sekali ilmu bermanfaat yang dapat saya
ambil. Saya belajar dari amanat yang disampaikan oleh Jenderal Soedirman bahwa
kita tidak boleh lengah dalam menghadapi situasi apapun, sebab kelengahan
menimbulkan kelemahan dan kelemahan menimbulkan kekalahan sedang kekalahan akan
menimbulkan penderitaan.
Setelah kunjungan ke Monumen
Penglima Besar TNI jumat lalu saya menjadi akan lenih berusaha meningkatkan
jiwa nasionalisme saya terhadap NKRI. Berusaha meneladani sikap patriotisme
yang dimiliki oleh Jenderal Soedirman serta berusaha menjaga negara Indonesia
sebagai peninggalan dari pejuang-pejuang bangsa termasuk Panglima Besar TNI Jenderal
Soedirman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar